Recent Blog post

Archive for Januari 2018





Tari Tradisional Khas Jawa Tengah
Jawa Tengah merupakan daerah yang bisa dikatakan pusat budaya di Indonesia. Banyaknya kesenian khususnya tari tradisional menjadikan masyarakat Jawa Tengah gemar membumidayakan dan melestarikannya sampai sekarang. Walaupun hanya di sanggar dan pentas seni tari tradisional ini dimainkan, tidak membuat banyak masyarakatnya melupakan dan meninggalkannya. Diantara tari-tari tradisional asli Jawa Tengah antara lain:


1. Tari Merak
Tari Merak merupakan tarian terpopular di . Gerakan tari ini seluruhnya menggunakan gerakan-gerakan burung merak. Penari memiliki mahkota seperti burung merak dan penari ini pun mempunyai ciri menggunakan selendang yang di ikat di pinggang dan kedua tangannya akan membentangkan selendang tersebut sama seperti sayap burung merak.


2. Tari Bondan Payung

Tari Bondan Payung berasal dari Surakarta/ Solo yang menggambarkan seorang anak wanita sedang menggendong boneka mainan dan payung terbuka. Tari ini juga mengharuskan si penari untuk menginjak sebuah kendi namun tidak boleh pecah. Atau dengan kata lain, tari Bondan Payung melambangkan seorang ibu yang menjaga anak-anaknya dengan segala kekuatan dan kasih sayang.
Tari Tradisional Khas Jawa Tengah

3. Tari Angsa
Tari Angsa adalah suatu tari yang menggambarkan keagungan seorang dewi dengan diiringi sekelompok burung angsa penari. Tari Angsa juga merupakan perpaduan kebudayaan timur dan Barat. Tari ini dimainkan oleh 7 orang, satu orang sebagai sang putri dan enam orang sebagai angsa.


4. Tari Gambyong
Tari Gambyong adalah salah satu jenis tarian yang menggambarkan pergaulan masyarakat Jawa Tengah. Tari ini biasa diawali dengan tembang gending pangkur, setelah itu para penari akan menari seirama dengan irama gendang yang dimainkan. Tari Gambyong tidak bisa dipisahkan dengan penggendang, karena penari akan selalu menari saat gendang ditabuh dan dihentikan. Maka, tidak semua penari bisa memainkannya kecuali dengan pengalaman yang sudah banyak.
Tari Tradisional Khas Jawa Tengah

5. Tari Serimpi
Tari Serimpi adalah tarian yang dimainkan oleh 4 orang putri yang masing-masing mendapat sebutan api, air, angin dan bumi/tanah. Tari Serimpi juga melambangkan terjadinya manusia yang dilambangkan empat penjuru mata angin. Adapun nama peranan disebut Batak, Gulu, Dada dan Buncit yang menjadikan tari ini semakin kaya akan nilai tradisionalnya. Ada juga gerakan tarian dari Serimpi yang melambangkan tiang dari Pendopo, seperti Bhedaya yang terdapat nilai suci dan sakral atau dinamakan Serimpi Anglir Mendhung.












Tari Tradisional Jawa Tengah

By : anandaeka
Selasa, 16 Januari 2018
0

 Beberapa Contoh Tari Daerah Jawa Timur

1. Tari Gandrung Banyuwangi


Tari Gandrung Banyuwangi adalah tari daerah yang berasal dari Banyuwangi Jawa Timur. Kata Gandrung sendiri berarti terpesona, yaitu menggambarkan rasa pesona masyarakat Banyuwangi terhadap Dewi Sri atau Dewi Padi yang telah membawa kesejahteraan kepada masyarakat. Oleh karena itulah maka tari Gandrung Banyuwangi ini dahulu biasa dibawakan setelah panen raya.
Tarian Gandrung Banyuwangi merupakan seni pertunjukan yang disajikan dengan iringan musik khas perpaduan budaya jawa dan Bali. Tari Gandrung dilakukan oleh seorang wanita penari profesional yang menari bersama tamu (terutama pria) yang disebut dengan istilah pemaju
Gandrung sering dipentaskan pada berbagai acara, seperti perkawinan, pethik laut, khitanan, tujuh belasan dan acara-acara resmi maupun tak resmi lainnya baik di Banyuwangi maupun wilayah lainnya. Menurut kebiasaan, pertunjukan lengkapnya dimulai sejak sekitar pukul 21.00 dan berakhir hingga menjelang subuh (sekitar pukul 04.00)

Adapun kostum atau tata busana yang dikenakan oleh penari Gandrung Banyuwangi sedikit berbeda dengan penari jawa lainnya. Pakaian Tradisional yang dikenakan oleh penari Gandrung Banyuwangi sedikit dipengaruhi oleh pakaian Bali.
Busana untuk tubuh terdiri dari baju yang terbuat dari beludru berwarna hitam, dihias dengan ornamen kuning emas, serta manik-manik yang mengkilat dan berbentuk leher botol yang melilit leher hingga dada, sedang bagian pundak dan separuh punggung dibiarkan terbuka. Di bagian leher tersebut dipasang ilat-ilatan yang menutup tengah dada dan sebagai penghias bagian atas. Pada bagian lengan dihias masing-masing dengan satu buah kelat bahu dan bagian pinggang dihias dengan ikat pinggang dan sembong serta diberi hiasan kain berwarna-warni sebagai pemanisnya. Selendang selalu dikenakan di bahu. Sedangkan bagian bawah penari Gandrung mengenakan kain batik dengan corak yang bermacam-macam. Dibagian kepala dipasangi hiasan serupa mahkota yang disebut omprok yang terbuat dari kulit kerbau yang disamak dan diberi ornamen berwarna emas dan merah serta diberi ornamen tokoh Antasena, putra Bima yang berkepala manusia raksasa namun berbadan ular serta menutupi seluruh rambut penari gandrung.

2. Tari Reog Ponorogo

Reog Ponorogo merupakan kesenian dan tradisi dari Jawa Timur yang merupakan seni tari yang dibawakan oleh beberapa orang pemain dengan penari inti menggunakan topeng kepala singa yang diatasnya terdapat makota bulu-bulu merak dengan berat topeng bisa mencapai 50 kg. Yang unik dari Topeng singa Reog Ponorogo ini adalah bawa penari yang membawa topeng seberat 50 kg tersebut mengandalkan kekuatan gigi.

Seni Reog Ponorogo terdiri dari  2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Pada reog tradisionil, penari ini biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang atau jathilan.

3. Tari Remo

Tari Remo merupakan tari tradisional yang berasal dari desa Ceweng, kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Tari Remo merupakan tarian untuk menyambut tamu kenegaraan, pembukaan acara kesenian dan sebagainya. Pada awalnya tari remo ini merupakan tari pembuka pada kesenian Ludruk. Tarian ini bisa dilakukan oleh seorang penari maupun oleh beberapa orang penari. 

Menurut sejarahnya, tari remo merupakan tari yang khusus dibawakan oleh penari laki – laki. Ini berkaitan dengan lakon yang dibawakan dalam tarian ini. Pertunjukan tari remo umumnya menampilkan kisah pangeran yang berjuang dalam sebuah medan pertempuran. Sehingga sisi kemaskulinan penari sangat dibutuhkan dalam menampilkan tarian ini. Namun, seiring perubahan fungsi dari tari remo ini yang bisa dibawakan dalam rangka penyambutan tamu, tarian ini menjadi lebih sering ditarikan oleh perempuan, sehingga memunculkan gaya tarian yang lain: Remo Putri atau Tari Remoi gaya perempuan.
Karakteristika yang paling utama dari Tari Remo adalah gerakan kaki yang rancak dan dinamis. Gerakan ini didukung dengan adanya lonceng-lonceng yang dipasang di pergelangan kaki. Lonceng ini berbunyi saat penari melangkah atau menghentak di panggung. Selain itu, karakteristika yang lain yakni gerakan selendang atau sampur, gerakan anggukan dan gelengan kepala, ekspresi wajah, dan kuda-kuda penari membuat tarian ini semakin atraktif.
Busana dari penari Remo ada berbagai macam gaya, di antaranya: Gaya Sawunggaling, Surabayan, Malangan, dan Jombangan. Selain itu terdapat pula busana yang khas dipakai bagi Tari Remo gaya perempuan.

4. Tari Jaranan Buto

Tari Jaranan Buto adalah tari tradisional yang berkembang didaerah Banyuwangi dan Blitar, Tari jaranan buto ini dipertunjukkan pada Upacara iring-iringan pengantin dan khitanan. Tari ini menggunakan properti kuda buatan seperti halnya yang biasa kita dapati pada Kesenian Kuda Lumping, Jaran Kepang atau Tari Jathilan, namun yang menjadikan Kesenian Jaran Buto berbeda adalah properti kuda yang digunakan tidaklah menyerupai bentuk kuda secara nyata, melainkan kuda tersebut berwajah raksasa atau Buto begitu pula dengan para pemainnya yang juga menggunakan tata rias muka layaknya seorang raksasa yang lengkap dengan muka merah bermata besar, bertaring tajam, berambut panjang dan gimbal.


Tari Jaran Buto dibawakan oleh sedikitnya 16 - 20 orang pemain, dalam pementasannya diiringi alunan musik seperti kendang, dua bonang, dua gong besar, kempul terompet, kecer (seperti penutup cangkir) yang terbuat dari bahan tembaga dan seperangkat gamelan. Tari Jaranan Buto ini selalu menghadirkan atraksi yang mengagumkan, selain atraksi kesurupan para penarinya seperti pada seni jaranan lainnya. Seni tari jaranan buto dalam perkembangannya memiliki inovasi yang diantaranya adalah variasi musik pengiringnya dan tata rias penarinya, kostum yang dikenakan oleh penarinya mengalami inovasi begitu pesat setiap tahunnya. Kesenian ini memiliki beberapa kisah (cerita) dan gerakan tari yang berbeda-beda, sehingga hal ini menjadi sebuah pementasan yang unik. Keunikan seni ini meliputi inti cerita, (sinopsis cerita) kostum penari, dan iringan gamelan yang berbeda dengan kesenian jaranan secara umum.

5. Tari Reog Kendang

Tari Reog Kendang bisa disebut juga dengan Reog Tulungagung, karena tari tradisional ini berkembang di daerah Tulunggagung dan sekitarnya. Sesuai dengan namanya yang mengandung kata kendang, para pemain reog kendang membawa alat yang serupa dengan kendang atau Tam-Tam  (kendang kecil yang digendong).
Beberapa daerah juga memiliki kesenian yang serupa dengan reog kendang ini, antara lain reog dodog dari sunda, reog Cemandi dari Sidoarjo dan reog bulkio dari Blitar.
Pada awalnya Reog Kendang menceritak kisah tentang perjalanan para mantan Gemblak mencari jati diri. karena perkembangan zaman, banyak versi cerita yang di gunakan dalam pementasan.
Berawal pada banyaknya para Gemblak dari kadipaten Sumoroto yang mencari jati diri ke kota tulungagung pada zaman kolonial belanda untuk berkerja sebagai penambang batu marmer dan petani cengkih. Untuk menghilangkan rasa penat setelah berkerja, di buatlah sebuah alat musik sejenis ketipung yang hanya memiliki satu sisi untuk di pukul. karena memiliki kesamaan dengan para gemblak lainnya, akhirnya dibuatlah sebuah kesenian tersebut dengan tarian, Konon para Gemblak adalah para pemain kuda lumping pada kesenian Reyog Ponorogo.
Pada awalnya, Reog kendang bernama tabuhan kendang. karena pada perkembangan zaman, Tabuhan kendang di kaloborasikan menjadi satu dengan Reog Kadiri (saat ini bernama Jaranan) yang merupakan sebuah hiburan rakyat pada waktu itu, Selain itu Para Gemblak adalah mantan pemain Reyog Ponorogo, maka dinamakanlah Reog Kendang yang khas dan tercipta di kota Tulungagung.

Ragam Tari

By : anandaeka 0

Sejarah Seni Tari di Indonesia

Sejarah Seni Tari
Sejak dulu, seni tari memiliki peran penting dalam upacara kerajaan dan upacara masyarakat di Indonesia. Dapat dilihat dari perkembangan seni dari dari zaman ke zaman.
Seni tari di Indonesia memiliki sejarah yang panjang mulai dari zaman prasejarah, zaman Indonesia – Hindu, zaman Indonesia – Islam, zaman penjajahan, dan zaman setelah Indonesia merdeka.
  1. Zaman Prasejarah

Sebelum lahirnya kerajaan-kerajaan di Indonesia, bangsa-bangsa primitif di Indonesia percaya akan daya magis dan sakral dari seni tari. Berbagai tarian tercipta berdasarkan kepercayaan tersebut.
Beberapa tarian yang diciptakan adalah, tari kesuburan tanaman, tari hujan, tari eksorsisme, tari kebangkitan, tari perburuan, tari perang, dan lainnya.
Tarian tersebut diciptakan dengan menirukan gerakan alam dan bersifat imitatif; contohnya seperti menirukan gerakan binatang yang akan diburu.
Seni tari pada zaman prasejarah umumnya dilakukan berkelompok.
  1. Zaman Indonesia Hindu

Pada zaman ini, seni tari kebanyakan dipengaruhi oleh budaya dan peradaban India yang dibawa oleh para pedagang. Penyebaran agama Hindu dan Buddha menjadi faktor utama kemajuan seni tari pada zaman tersebut.
Para ahli sejarah percaya bahwa pada zaman Indonesia Hindu, seni tari mulai memiliki standardisasi dan patokan. Hal ini dikarenakan adanya literatur seni tari karangan Bharata Muni dengan judul Natya Sastra. Buku ini membahas unsur gerak tangan mudra yang terdiri dari 64 motif.
  1. Zaman Indonesia Islam

Seni tari pada permulaan zaman Indonesia Islam hanya dilakukan oleh orang-orang yang datang dari luar seperti Sudan, Ethiopia, dan lain-lain. Menari umumnya dilakukan pada sebuah hari raya atau hari gembira lainnya.
Pada tahun 1755, di bawah perjanjian Giyanti, kerajaan Mataram Islam dibagi menjadi dua bagian yaitu, Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kasunanan Surakarta.
Kedua kerajaan tersebut mulai mengembangkan identitas diri mereka melalui karya seni tari yang dihasilkan. Kedua kerajaan tersebut menghasilkan karya tari dengan gerakan dan penampilan yang berbeda sebagai identitas masing-masing kerajaan.
  1. Zaman Penjajahan

Walaupun pada masa penjajahan seni tari di Indonesia mengalami kemunduran dan tidak berkembang karena suasana peperangan dan penjajahan, tetapi seni tari dalam istana masih terpelihara secara baik.
Namun seni tari hanya dilakukan untuk acara-acara penting seperti penyambutan tamu raja, perkawinan, dan penobatan raja baru.
Salah satu karya tari yang terinspirasi perjuangan rakyat pada zaman penjajahan adalah tari Prawiroguno. Tari Prawiroguno adalah seni tari tradisional asal Jawa Tengah yang menggambarkan prajurit Indonesia sedang berlatih dengan membawa senjata dan tameng sebagai alat melindungi diri.
  1. Zaman Setelah Merdeka

Setelah Indonesia merdeka, fungsi seni tari dalam masyarakat mulai berjalan kembali. Seni tari kembali digunakan sebagai upacara adat dan upacara keagamaan.
Seni tari sebagai hiburan juga terus berkembang.
Sekarang sudah mulai banyak sekolah-sekolah dan tempat kursus yang mengajarkan seni tari sebagai salah satu mata pelajarannya. Mulai banyak penggemar seni tari modern seperti dansa, tari balet, break dance di Indonesia.

Sejarah Tari

By : anandaeka 1

- Copyright © Kesenian Tari Tradisional Indonesia - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -